Minggu, 17 November 2013

Strategi Penetapan dan Kebijakan Harga




Pemasar organisasi nirlaba mencari-cari cara mempengaruhi pertukaran. Dari perspektif konsumen, pertukaran ini adalah perdagangan sejumlah keuntungan untuk sejumlah biaya. Biaya adalah harga yang dipersepsi konsumen untuk berpartisipasi. Biaya bisa berupa moneter dan non moneter, atau gabungan keduanya. Biaya non moneter meliputi penderitaan psikis, kebutuhan, mengubah perilaku, atau pemikiran lama, pemakaian waktu dan tenaga, dan pengubahan tatanan social.
            Manajer organisasi nirlaba mempunyai tugas ganda dalam mengelola biaya. Beberapa biaya harus dipertahankan cukup tinggi untuk kelanjutan pendapatan organisasi. Biaya lainnya harus direduksi sebanyak mungkin untuk menurunkan hambatan bertindak bagi konsumen. Karena penurunan biaya akan ditanggung organisasi, maka perlu terlebih dahulu diketahui respon relative konsumen terhadap setiap reduksi yang dilakukan.
            Dalam merancang strategi penentuan harga moneter, pertama organisasi harus menentukan tujuannya. Bila dengan mencari maksimasi surplus, penutupan biaya, maksimasi ukuran pasar, keseimbangan social, atau disinsentifisasi pasar. Stretegi spesifik untuk mencapai tujuan itu terutama dengan berorientasi biaya, permintaan, atau kompetinsi. Organisasi yang akan melakukan perubahan harga harus emmperhitungkan elastisitas harga permintaan dan factor penerimaan respon audiens sasaran.

Dualisme Harga
            Dalam suatu pertukaran, keuntungan pada satu sisi berarti biaya di sisi lain. Maka pemasar yang memberikan keuntungan bagi konsumen dalam bentuk kualitas pelayanan, lingkungan nyaman, dan jaminan kepuasan merupakan biaya yang harus ditanggung pemasar. Di lain pihak, konsumen yang membayarkan uang dalam pertukaran untuk memperoleh keuntungan, mendatangkan keuntungan bagi pemasar. Oleh karena itu, jika suatu pertukaran melibatkan harga yang diukur dengan uang, maka pemasar dihadapkan pada bermacam-macam dilemma. Ada sekian banyak biaya non moneter yang harus diminimalkan oleh pemasar agar menjamin berlangsungnya lebih banyak pertukaran. Pada saat bersamaan, sedikitnya ada satu biaya yang harus dimaksimalkan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi dan perkembangannya. Permasalahan ini lebih rumit, ada waktu pemasar mungkin ingin meminimalkan biaya non moneter, atau justru mungkin ingin meningkatkannya. Seringkali pemasar bermaksud meningkatkan biaya non moneter karena ia bisa melakukan penghematan, yang berarti lebih banyak keuntungan dari pertukaran yang bisa dipergunakan untuk menurunkan biaya lain dan menurunkan harga seluruhnya.

Pendekatan Teoritis
            Permasalahan yang dihadapi pemasar adalah, memilih keseimbangan yang optimum antara keuntungan yang diterima dan biaya yang dibebankan kepada konsumen (misalnya “biaya” ekonomis, social, dan psikologis). Terdapat empat kurve yang dapat didefinisikan dalam perspektif pemasar sebagai berikut:
·         Pendapatan Rata-Rata, adalah rerata hasil pemasar utuk setiap unit pertukaran (pertukaran ini meliputi penjualan barang atau jasa, dan rerata pendapatan sebanding dengan harga, sama dengan pendapatan total dibagi jumlah unit pertukaran).
·         Biaya Rata-Rata, adalah rerata jumlah biaya yang dibelanjakan pemasar untuk menciptakan 1 unit pertukaran (untuk barang atau jasa, yaitu rerata biaya per unit; sama dengan total biaya dibagi jumlah unit pertukaran).
·         Pendapatan Marjinal, adalah pada tiap tingkat volume, jumlah pendapatan yang  diperoleh dari jumlah unit pertukaran terakhir (sama dengan total pendapatan pada tingkat volume tersebut dikurangi total pendapatan pada volume sebelumnya).
·         Biaya Marjinal, adalah pada tiap tingkat volume, jumlah biaya yang harus dikeluarkan pemasar untuk menciptakan jumlah unit pertukaran terakhir (sama dengan total biaya pada volume tersebut dikurangi total biaya pada volume sebelumnya).

Selain itu pendekatan teoritis ini susah diimplementasikan dalam praktek karena kesulitan dalam memperkirakan fungsi respon (AR = Attitude Responsive) (lebih mudah memperkirakan fungsi biaya).

Memilih Strategi Penetapan Harga
            Setelah organisasi menentukan tujuan penetapan harga bisa dipertimbangkan strategi yang tepat untuk menetapkan harga yang spesifik. Strategi penetapan harga bisa berorientasi pada biaya, permintaan, atau kompetisi.
·         Penetapan Harga Berorientasi Biaya
Yaitu penetapan harga terutama didasarkan biaya, baik biaya marjinal atau biaya total termasuk overhead. Dua contoh adalah penetapan harga dengan menaikkan dan biaya plus. Keduanya mirip yaitu harga ditetapkan dengan menambah persentase tertentu dari biaya per unit. Penetapan harga dengan menaikkan biasa ditemukan pada penjualan eceran dimana pengecer menetapkan tambahan harga yang berbeda-beda untuk setiap produk. Penetapan harga dengan biaya surplus dideskripsikan sebagai penentuan harga atas kegiatan yang tidak rutin dan sulit untuk diperhitungkan sebagai “biaya” tetap, misalnya seperti riset-riset pemasaran.
·         Penetapan Harga Berorientasi Permintaan
Penetapan harga berorientasi permintaan lebih melihat kondisi permintaan dari pada biaya dalam menetapkan harga. Penjual yang berorientasi permintaan mengestimasikan berapa besar nilai pembeli terhadap penawaran pasar.
·         Menetapkan Harga Berorientasi Kompetisi
Bila organisasi menetapkan harga berdasarkan harga yang ditetapkan organisasi pesaing maka kebijakan penetapan harga tersebut dinamakan berorientasi kompetisi. Ciri-ciri yang menonjol adalah organisasi tidak perlu menjaga hubungan antara harga dan biaya produksi, atau permintaan pasar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar