Proses
Perencanaan Pemasaran Strategis
Bila organisasi telah mengembangkan
orientasi pelanggan yang sesuai dan telah menilai pasarnya dan memikirkan cara
segmentasinya, tugas penting berikutnya adalah mengembangkan rencana stragtegi
pemasaran. Dari rencana ini akan muncul taktik pemasaran dari hari ke hari.
Agar perencanaan pemasaran dapat seksama, konsisten, maka organisasi perlu
mengikuti Proses Perencanaan Pemasaran Stragtegis (PPPS).
Langkah-langkah dalam proses
perencanaan stragtegis adalah:
1.
Mengidentifikasi misi, objektif, dan
tujuan khusus organisasi.
2.
Menentukan ancaman dan peluang dalam
lingkungan eksternal.
·
Hal ini memerlukan evaluasi public yang
harus diperhatikan organisasi. Organisasi sendiri memerlukan pertukaran dengan
beberapa public. Public adalah kelompok orang dan organisasi yang berbeda yang
memiliki minat actual atau potensial atau dampak pada organisasi.
·
Public dapat digilongkan sebagai
berikut:
a.
Public input : Donor, pemasok, dan pendukung.
b.
Public internal : manajemen, dewan, staf, dan relawan.
c.
Public perantara : pedagang, agen, fasilitator, dan firma pemasaran.
d.
Public pemakai : klien, public setempat, public sktifis, public umum, public
media, dan public pesaing.
·
Public tempat organisasi mencari
beberapa respon yang disebut dengan pasar. Pasar adalah kelompok orang,
organisasi, atau keduanya yang berbeda yang memiliki sumber daya yang ingin
ditukarkan atau ingin melakukjan pertukaran untuk meraih keuntungan.
3.
Menganalisis lingkungan pesaing.
·
Disini organisasi harus mengenal pesaing
pada beberapa tingkat:
a. Keinginan.
b. Generic.
c. Bentuk
jasa.
d. Perusahaan.
4. Membandingkan
peluang dan ancaman dalam lingkungan eksternal dengan kekuatan dan kelemahan
organisasi untuk membuat tujuan, misi, dan objektif pemasaran yang akan dicapai
yang telah ditetapkan dalam objektif jangka panjang manajemen puncak.
Satu pendekatan
yang berguna untuk tugas ini adalah perencanaan portofolio, yaitu perencanaan
strategi menilai penawaran organisasi sekarang dan potensial untuk menetapkan
yang harus dikembangkan, dijaga, dituai, atau dihapuskan/dihilangkan.
a. Pendekatan
Portofolio Boston Consulting Group (BCG)
Memerlukan
penilaian terhadap semua penawaran organisasi yang memakai dua dimensi:
1. Pertumbuhan
pasar à
angka pertumbuhan tahunan pasar yang bersangkutan.
2. Pangsa
pasar à
kinerja organisasi.
b. Pendekatan
McKinsey/General Electric.
Lebih
diterapkan pada organisasi nirlaba yang menggunakan dua dimensi:
1. Daya
tarik pasar.
2. Kekuatan
organisasi.
Mengikuti
analisis ini, organisasi harus mengembangkan strategi pemasaran pokok untuk
tiap penawaran. Ini berarti memilih segmen pasar sasaran, memiliki posisi
kompetitif, dan mengembangkan bauran pemasaran yang efektif untuk mencapai dan
melayani konsumen terpilih. Bauran pemasaran meliputi campuran penawaran,
harga, tempat, dan promosi yang dipakai organisasi untuk mencapai objektifnya
di pasar sasaran.
Bila strategi
pemasaran telah dibuat, ahli strategi harus yakin bahwa struktur dan sistem
manajemen organisasinya tepat, standar kinerja tertentu telah dipilih, dan
taktik pemasaran yang rinci telah ditetapkan.
Langkah akhir
kemudian menyangkut pelaksanaan strateggi dan taktik dan menilai kinerja
terhadap standar kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian akhir ini kemudian
memberikan umpan balik kepada strategi pemasaran pokok atau siklus proses
perencanaan startegi berikutnya.
Riset
Pemasaran
Sebagian besar
operasi nirlaba kurang menjalankan riset pemasaran seperti yang seharusnya
karena adanya mitos:
1. Mitos
“Big Decision”
Seringkali
riset pemasaran dianggap perlu hanya untuk keputusan-keputusan yang hanya
melibatkan resiko keuangan yang tinggi, dan pada kasus seperti ini harus
dilakukan.
2. Mitos
“Survey Myopia”
Informasi
yang dapat dipercaya dan dapat meningkatkan keputusan pemasaran dan dapat
dianggap sebagai riset pemasaran.
3. Mitos
“Big Bucks”
Agar
menjadi pemakai riset pemasaran yang berpendidikan, manajer harus tahu
bagaimana dan kapan harus melakukan riset survey tradisional dan bagaimana dan
kapan menggunakannya.
4. Mitos
“Sophisticated Researcher”
Para
eksekutif nirlaba yang berencana akan
melakukan program riset seharusnya telah mengenal paling tidak prinsip-prinsip
dasar dari sampling acak, rancangan kuesioner, dan presentasi grafik dan
hasilnya.
5. Mitos
“Most-Research-Is-Not-Read”
·
Dilakukan setelah manajer menjelaskan
kepada peneliti mengenai alternative-alternatif keputusan yang ada dan
keputusan mana yang memerlukan informasi tambahan.
·
Hubungan antara hasil dan keputusan
jelas dimengerti.
·
Hasil-hasilnya dikomunikasikan dengan
sebaik-baiknya.
Jadi organisasi
nirlaba berasumsi bahwa riset pemasaran hanya dipakai untuk keputusan-keputusan
penting, yang melibatkan survey besar, waktu yang banyak, selalu mahal,
memerlukan peneliti yang canggih, dan jika sudah selesai biasanya tidak selalu
siap pakai. Tetapi riset yang memakai berbagai teknik yang berbeda, banyak
diantaranya dengan biaya rendah, dapat menjadi sangat berharga bagi
bermacam-macam keputusan.
Riset dapat
membantu manajer menggambarkan, menjelaskan, atau meramal karasteristik pasar.
Banyak riset nirlaba yang diterapkan, meskipun beberapa diantaranya berupa
riset dasar atau metodologi. Kondisi yang diterapkan menyediakan kerangka yang
baik bagi keputusan anggaran dan rancangan proyek riset tertentu.
Ada beberapa
pendekatan dalam penganggaran riset, termasuk riwayat pencapaian, persen
pendapatan, perbandingan kompetitif, dan penganggaran yang baik. Pendekatan
biaya-manfaat dipilih, karena secara eksplisit memperhitungkan penggunaan
hasil-hasilnya. Teori keputusan formal memperbolehkan manajer mengestimasi
kerugian ekonomik karena ketidakpastian menegnai tindakan yang seharusnya
diambil. Ini jelas menunjukkan batasan atas anggaran riset. Jumlah sebenarnya
yang dapat dipakai kemudian bergantung kepada kualitas yang dicapai
pengeluarannya.
Aplikasi
orientasi juga menyarankan proses desain riset “kebelakang”. Di sini manajer
riset pertama melihat keputusan yang harus diambil dengan memakai hasil riset
dan kemudian bekerja mundur untuk merancang studi yang dapat menginformasikan
keputusan dengan sebaik-baiknya. Langkah kedua adalah menentukan format laporan
yang mampu memberikan informasi yang berguna secara manajerial. Bentuk laporan
selanjutnya menyarankan tipe analisa yang dibutuhkan, yang dapat menjelaskan
cara dikumpulkan dan diproses.
Manajemen proyek
individual harus melibatkan perhatian yang penuh dalam kaitannya dengan bias
potensial dan kemudian evaluasi yang tepat untuk keberhasilan atau kegaga;an
setelah proyek selesai. Evaluasi dan control tersebut terutama penting jika
organisasi mengembangkan program berkesinambungan dalam riset strategis selama
beberapa tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar